Rabu, 02 Maret 2016

KETIKA IMPIAN BERKHIANAT


Kamu boleh bermimpi apapun yang kamu mau. Asalkan kamu tidak boleh bersedih ketika impian yang kau inginkan tak sesuai dengan harapan. Percayalah apapun yang terjadi adalah cara Tuhan mengarahkanmu pada kehidupan yang lebih baik. Hey bung, kertas putihmu masih banyak kan? Oke, sekarang angkat kepalamu dan tulis impian barumu! J

Inilah aku, seorang gadis biasa yang memiliki cita-cita yang sepertinya sulit untuk aku gapai mengingat siapa diriku sekarang. Aku masih teringat betul, waktu itu aku menuliskan sederet mimpi-mimpiku pada sebuah kertas kecil yang aku lipat menjadi sebuah pesawat. Aku berkata dalam hati “Wahai pesawat, bawalah segala mimpi-mimpiku terbang ke tempat yang sangat tinggi. Tenang saja, aku akan meraihnya!” lalu aku menerbangkan pesawat itu dengan perasaan senang dan penuh semangat. Aku selalu yakin bahwa salah satu mimpi yang aku terbangkan itu akan menjadi sebuah kenyataan.
Seiring berjalannya waktu, keyakinan itu terus bertambah dan tertanam dalam hatiku. Hingga sampai pada titik yang membuatku merasa “Inilah jalanku! Inilah impianku! Inilah cita-cita yang kuterbangkan tinggi dilangit. Dan kini aku benar-benar meraihnya!”. Namun sebuah titik yang kupercaya bahwa aku telah berhasil meraihnya ternyata hanyalah bayangan semu. Dia hanyalah sebuah titik. Titik yang tak pernah menjadi sebuah garis panjang yang kuidamkan. Titik yang nyatanya tak bisa kupegang. Entahlah mengapa titik itu mengkhianatiku, em bukan bukan. Bukan titik yang mengkhianatiku namun diriku sendiri. Aku lah penyebab semuanya sirna. Aku lah penyebab utama dari semuanya!
Aku yang bodoh. Aku yang gegabah. Aku yang ceroboh. Aku yang labil. Aku yang tak mempercayai diri sendiri. Aku yang membiarkan impian itu berubah menjadi sebuah omong kosong! Jujur saja, kala itu aku tak memahami siapa diriku sebenarnya. Disisi lain aku sangat bahagia melihat impianku telah berada pada genggaman yang kuat. Namun disisi lain aku merasa sedih. Aku tak yakin betul apa yang membuatku merasa sedih. Hanya saja perasaanku tidak enak kala itu. Ya, aku memang bodoh. Hanya karena perasaan yang tidak enak, dengan mudahnya aku melepaskan keinginan itu dari genggamanku tanpa berpikir secara logis.
Namun kini, aku adalah aku. Aku yang telah memilih melepaskan salah satu impian dari pesawatku. Dan memilih jalan lain yang belum pernah aku lalui sebelumnya. Kini aku adalah aku yang telah nyaman menjadi diriku yang sekarang. Takkan lagi ku sesali apa yang telah kulepas. Bukankah hidup akan terus berjalan? Apapun yang kita lepaskan pada masa lalu itulah kunci penentu masa depan. Jadi, yang perlu aku lakukan ialah tidak lagi meratapi impian yang telah kulepas namun berbuat yang terbaik atas pilihan yang kugenggam saat ini. Tetaplah berevolusi dalam kebaikan walau impian telah mengkhianatimu. –Rizmufa-


2 komentar:

Camelia mengatakan...

Semangaaaat! You know what you do. :D

Unknown mengatakan...

Semangat mboks :D

Posting Komentar